Jakarta, Dibanding beras merah atau biji-bijian, nasi
putih memang lebih nikmat. Tapi para ahli menemukan orang yang makan
nasi putih dari waktu ke waktu memiliki tekanan darah yang tinggi,
peningkatan kadar gula dan lemak berbahaya dalam darah, serta rendahnya
kadar kolesterol baik.
Faktor-faktor yang ikut menyertainya lagi
adalah lingkar pinggang yang melebar. Semua elemen dari sindrom
metabolik tersebut merupakan faktor risiko utama terkena diabetes tipe 2
dan penyakit jantung.
"Beras
sangat mudah diubah menjadi gula oleh tubuh. Bandingkan dengan
biji-bijian yang mengandung serat lebih banyak dan memiliki indeks
glikemik rendah," kata Frank Hu, profesor nutrisi dan epidemiologi di
Harvard School of Public Health di Boston seperti dilansir dari Foxnews, Minggu (4/9/2011).
Dalam
penelitiannya terhadap 1.900 pria dan wanita di Kostarika, Hu dan
peneliti lain menemukan bahwa orang yang secara teratur menukar satu
porsi nasi putih dengan biji-bijian memiliki 35 persen risiko lebih
rendah dari gejala-gejala pemicu diabetes.
Orang yang makan
setidaknya dua porsi biji-bijian (kacang-kacangan) sebagai pengganti
setiap porsi nasi putih cenderung berisiko lebih rendah untuk terkena
sindrom metabolik. Risiko penurunan terkena sindrom metabolik sebesar 35
persen itu dilaporkan dalam American Journal of Clinical Nutrition.
Partisipan
yang ikut dalam studi antara tahun 1994 dan 2004, pada awal
penelitiannya tidak ada yang menderita diabetes. Kostarika kini menjadi
negara yang tingkat risiko diabetesnya tinggi karena meningkatnya
konsumsi nasi putih dan turunnya asupan karbohidrat dari biji-bijian.
Hu
juga mencatat data dari Departemen Pertanian AS, bahwa konsumsi beras
di Amerika meningkat dari 9,5 pound per orang di tahun 1980 menjadi 21
pound per orang di tahun 2008. Sedangkan konsumsi biji-bijian jauh lebih
rendah yakni sekitar 7 pound per orang.
"Ini adalah tren yang
buruk jika orang lebih banyak makan nasi putih ketimbang nasi merah.
Satu porsi nasi putih seperti makan permen, yang serat dan nutrisinya
rendah. Tren seperti ini akan memiliki efek jangka panjang pada sistem
metabolik tubuh," kata Hu.
Hu menyarankan agar mulai mengurangi
nasi putih dan menggantinya dengan nasi merah, kacang-kacangan atau
biji-bijian untuk mendapatkan sumber karbohidrat yang memiliki kadar
gula yang lebih rendah.
Nasi putih termasuk karbohidrat sederhana
yang mengandung kadar gula tinggi, ketika dicerna akan langsung menjadi
energi dengan cepat dan meningkatkan kadar gula darah. Tapi karbohidrat
sederhana tidak bisa menyimpan cadangan glikogen.
Sebaliknya
jenis karbohidrat seperti ubi, jagung, singkong, oatmeal, roti gandum,
nasi merah merupakan karbohidrat kompleks yang kadar gulanya rendah dan
menahan kenyang lebih lama hingga 6 jam.
Karbohidrat kompleks ini
bisa disimpan di liver dan otot sebagai glikogen (zat sebelum menjadi
glukosa). Jika tubuh kekurangan energi, cadangan glikogen inilah yang
akan dipecah menjadi glukosa sebagai sumber energi.
Karbohidrat
kompleks mengandung lebih sedikit gula tapi lebih tinggi serat, sehingga
justru memberi lebih banyak manfaat, baik bagi wanita, pria maupun
anak-anak.
Beras yang mengandung indeks glikemik di atas angka 70
sebaiknya dihindari. Tapi sayangnya beras-beras yang dijual di
Indonesia kadang tidak diketahui kadar IG-nya. Biasanya orang menandakan
beras yang putih bersih dan nikmat sebagai beras yang lebih tinggi
kalorinya, karena kulit beras yang mengandung karbohidrat kompleksnya
sudah hilang.
Indeks glikemik (GI) adalah skala atau angka yang
diberikan pada makanan tertentu berdasarkan seberapa besar makanan
tersebut meningkatkan kadar gula darahnya, skala yang digunakan adalah
0-100. Indeks glikemik disebut rendah jika berada di skala kurang dari
50, indeks glikemik sedang jika nilainya 50-70 dan indeks glikemik
tinggi jika angkanya di atas 70.
(ir/ir)
Redaksi: redaksi[at]detikhealth.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar